Pelabuhan merupakan salah satu komponen kawasan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan ekonomi wilayah, terutama bagi kawasan yang berbatasan langsung dengan lautan. Dalam hal ini pelabuhan mempunyai peran sebagai simpul atau outlet dari pergerakan orang dan barang dari dan ke kawasan dimaksud ke dunia luar. Pergerakan barang dari kawasan hinterland ke dunia luar dan sebaliknya sangat tergantung pada seberapa mampu suatu pelabuhan melakukan pelayanan intermodality. Suatu pelabuhan yang baik adalah pelabuhan yang dilengkapi dengan sarana dan prasana yang memadai, yang mampu memfasilitasi pergerakan intermdality secara efisien dan efektif. Diantara fasilitas yang mutlak diperlukan dan mempunyai peranan penting untuk fungsi kepelabuhanan adalah dermaga yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang.
Indonesia termasuk dalam iklim tropis dengan angin musim yang banyak berpengaruh dalam merencanakan pelabuhan. Lingkungan lautan/ daratan dimana pelabuhan direncanakan untuk dioperasikan, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami. Kapasitas pelabuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis konstruksi yang mampu mengatasi hambatan lingkungan dan sekaligus ramah akan faktor-faktor yang terus terjadi atas eksistensi alami seperti pasang surut, arus dan gelombang. Tanpa memperhatikan faktor-faktor ini, maka akan timbul dampak negatif pada kelangsungan usaha pelayanan jasa kepelabuhanan. Berbagai dinamika bumi akibat pengaruh alam, mengakibatkan berbagai fenomena terhadap kondisi perairan yang tinggi seperti kondisi pasang surut yang tinggi serta arus dan gelombang yang besar. Beberapa lokasi di Indonesia, mempunyai potensi pasang surut yang tinggi yang dapat menghambat operasional dermaga dalam pelayanan bongkar muat dan bertambatnya kapal, sehingga diperlukan adanya dermaga apung.
Salah satu improvisasi engineering yang dapat dijadikan solusi yang tepat dalam mengantisipasi kondisi pasang surut yang relatif tinggi adalah pemanfaatan dermaga apung. Struktur dermaga apung ini lebih fleksibel karena elevasinya mengikuti naik turunnya pasang surut muka air laut.
Letak Kota Palopo yang berbatasan langsung dengan Teluk Bone memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian, salah satunya adalah dari sektor perikanan, baik itu dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Data statistik Palopo dalam angka tahun 2007 memperlihatkan bahwa rumah tangga perikanan Kota Palopo hanya 8 % dari keseluruhan rumah tangga Kota Palopo (Tabel 1).
Tabel 1. Perbandingan jumlah rumah tangga Kota Palopo dan rumah tangga perikanan Kota Palopo, tahun 2007
Kecamatan
Jumlah rumah tanggaKota Palopo
Jumlah rumah tangga perikanan
Persentase rumah tangga perikanan dibandingkan dengan rumah tangga Kota Palopo
Wara Selatan
2.015
428
0,21
Sendana
1.365
101
0,07
Wara
6.695
0
0,00
Wara Timur
5.726
726
0,13
Mungkajang
1.407
23
0,02
Wara Utara
3.758
255
0,07
Bara
3.751
500
0,13
Telluwanua
2.537
289
0,11
Wara Barat
2.122
61
0,03
Jumlah
29.376
2.383
0,08
Sumber data : BPS Kota Palopo, 2008 (data diolah kembali)
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Tahun 2008 jumlah rumah tangga perikanan mengalami peningkatan yaitu rumah tangga budidaya perikanan Kota Palopo berjumlah 1.402 jiwa dan rumah tangga perairan umum adalah 1.154 jiwa dengan total rumah tangga perikanan berjumlah 2.556 jiwa (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan ada peningkatan minat masyarakat pada bidang perikanan.
Tabel 2.Rumah tangga perikanan menurut kecamatan di Kota Palopo, tahun 2008
Kecamatan
Rumah Tangga Perikanan (jiwa)
Rumah Tangga Perikanan Perairan Umum (jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Wara Selatan
280
138
418
Sendana
101
-
101
Wara
-
-
-
Wara Timur
214
544
758
Mungkajang
23
-
23
Wara Utara
125
212
337
Bara
320
142
462
Telluwanua
230
118
348
Wara Barat
109
-
109
Jumlah
1402
1154
2556
Sumber data : BPS Kota Palopo, 2009
Menurut Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Palopo Tahun 2008, dua sub sektor perikanan yang berpengaruh di Kota Palopo yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Prasarana perikanan tangkap di Kota Palopo yang ditujukan untuk menunjang kelancaran aktivitas di bidang perikanan tangkap adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)/Tempat Pelelangan Ikan (TPI), prasarana tersebut berfungsi sebagai tempat pendaratan kapal/perahu nelayan untuk melakukan bongkar muat hasil perikanan. Jumlah armada penangkapan ikan yang beropersi di PPI Pontap Kota Palopo tahun 2005 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 3:
Tabel 3. Armada penangkapan di Kota Palopo, 2005-2008
No.
Jenis Kapal
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
2005
2006
2007
2008
1
Kapal Motor
70
187
178
213
0.61
2
Motor Tempel
260
264
465
684
0.42
3
Perahu Tanpa Motor
111
61
158
14
-0.20
Sumber data : BPS Kota Palopo, 2005 - 2008 (data diolah kembali)
Pertumbuhan armada penangkapan ikan berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2008, kapal motor mengalami petumbuhan sebesar 0,61 %; motor tempel sebesar 0,42 % ; sedangkan perahu tanpa motor mengalami penurunan sebesar -0,20 %.Hal ini dapat dikarenakan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kota Palopo, terlihat dari pertumbuhan ekonomi Kota Palopo dalam kurun waktu 2003-2007 menunjukkan trend data yang relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7 % pertahun (BPS Kota Palopo) serta semakin berkembangnya teknologi dan pola pikir masyarakat nelayan di Kota Palopo.
Alat tangkap yang beroperasi di perairan sekitar Teluk Bone di Kota Palopo ada sekitar 20 jenis alat tangkap. Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi tahun 2008 dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di Teluk Bone di Kota Palopo, 2005 - 2008
No.
Jenis Alat Tangkap
Jumlah (unit)
Pertumbuhan (%)
2005
2006
2007
2008
1
Jaring Insang Tetap
0
11
5
13
0.53
2
Purse seine (Gae)
25
30
28
52
0.33
3
Pukat Dasar
81
83
85
119
0.15
4
Trammel Net
0
25
31
25
0.02
5
Pukat Pantai
0
59
144
121
0.64
6
Ralekang
0
39
85
0
0.09
7
Rawai (Tabere)
0
18
8
25
0.78
8
Payang
0
16
24
42
0.63
9
Bagan Tancap
40
54
54
46
0.07
10
Bagan Perahu
47
47
46
45
-0.01
11
Sero
70
38
88
124
0.42
12
Jala Tebar
0
20
110
78
2.10
13
Pancing
57
8
94
0
2.96
14
Pancing Tegak
0
0
0
19
-
15
Pancing Ulur
0
0
0
38
-
16
Tambak dan Lain-lain
0
3
63
7
9.56
17
Bubu
0
0
23
59
1.57
18
Rakkang
750
0
0
63
-
19
Gillnet
0
0
0
35
-
Sumber data : BPS Kota Palopo, 2005 - 2008 (data diolah kembali)
Tabel diatas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2005-2008 terjadi pertumbuhan ditiap alat tangkap walaupun dalam skala kecil kecuali bagan yang mengalami penurunan juga dalam skala kecil. Tabel diatas memperlihatkan bahwa tambak mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal ini terbukti dari semakin meningkat pula volume produksi ikan bandeng dan rumput laut yang merupakan komoditas yang paling dominan di bidang budidaya perikanan Kota Palopo.
Potensi di bidang perikanan budidaya yang terdiri dari lahan tambak 1.556,5 ha. Kawasan pesisir dan laut perairan Kota Palopo bagian selatan sangat cocok untuk pengembangan budidaya laut seperti rumput laut cottonii dan ikan kerapu, bisa juga untuk ikan hias, kepiting dan lobster. Sarana penunjang pembangunan perikanan budidaya Kota Palopo adalah tersedianya Balai Benih Ikan Salupao, tempat pembuatan pakan ikan, kebun bibit rumput laut Gracillaria sp. di Songka dan gudang rumput laut.